Minggu, 17 Januari 2016

Humor, "Pintu Pun Bisa Menipu"



HUMOR
PINTU PUN BISA MENIPU
Oleh: Asri Dyarti



Hari kamis memang merupakan hari yang berat untuk dilalui oleh anak-anak semester 4B. Sebab di hari itu semua mata kulaih berlangsung tak terputus. Mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00, sebenarnya hal ini terjadi karena keinginan mereka sendiri agar hari jumat bisa libur.
Suatu hari, Ani dan Ina sibuk menyelesaikan  tugas yang akan dikumpul jam 2. Setelah selesai dan di-print mereka langsung menitipkan tugas tersebut dengan teman sebelah. Lalu mereka bergegas menuju mushola GKB 4 dengan sangat terburu-buru. Sesampainya di GKB 4, mereka langsung berwudhu dengan cepat dan berlari naik ke lantai 2 menuju mushola. Sepanjang perjalanan menuju mushola mereka selalu bergumam “semoga kami tidak terlambat mata kuliah jam 2, aamiin”. Setibanya di depan mushola, mereka langsung melepas sepatu, kemudian menarik pintu yang lebar disebelah kanan, akan tetapi pintu itu tidak dapat dibuka. Ani berfikir mungkin ia hanya belum mengerahkan tenaganya untuk membuka pintu itu. Lalu Ani mencobanya kembali, tapi kali ini tidak hanya dengan cara menariknya, tetapi juga dengan menarik dan mendorongnya berulang-ulang. Tapi pintu mushola pun tak kunjung terbuka.
Ani menoleh kearah Ina yang sedari tadi sibuk merapikan jilbabnya, seraya berkata, “Ina, ayo bantu aku membuka pintu ini, kita tidak tidak punya banyak waktu!”. “Iya, kamu benar Ani, sekarang sudah pukul 13.50….”, jawab Ina.
“Ina, kita pegang kuat-kuat handel pintu ini, lalu kita tarik kuat-kuat! Siap?” kata Ani, “Siap!” kata Ina. Kemudian mereka meanrik-narik handel pintu itu berdua sambil bergumam “Bismillahirrahmanirrahiim……”. Tapi aneh, pintu pun tak kunjung terbuka. Ani mulai kesal dan mencoba melirik ke dalam, jangan-jangan ada yang sengaja mengunci pintu mushola dari dalam, batinnya, atau jangan-jangan mushola sedang tidak bisa dipakai, batinnya lagi.
Ketika melirik ke dalam, terlihatlah ada beberapa orang mahasiswa dan mahasiswi sedang membentuk sebuah lingkaran diskusi. “Ina, aneh sekali ya, mereka seperti mengacuhkan kedatangan kita. Jangankan untuk membukakan pintu, bahkan untuk menoleh ke arah sumber suara pun tidak, padahal dari tadi kita sudah cukup ribut dengan usaha untuk membuka pintu itu”. Lalu Ina menjawab, “Ya, kamu benar Ani. Mungkin akan lebih baik jika kita coba untuk mengetuk pintu. Mungkin dengan cara itu mereka mau membukakan pintu mushola untuk kita. Tapi, kamu yang ketuk pintu ya…” pintanya pada Ani dan Ani menyanggupinya.
Sebelum mengetuk pintu, terlebih dahulu Ani berfikir ingin mengetuk pintu dari sebelah mana. Kalau dari pintu sebelah kanan yang ia tarik-tarik tadi, pasti akan kelihatan jelas, sebab pintu itu berwarna putih transparan, sedangkan pintu yang sebelah kiri, berwarna hitam agak gelap. Maka Ani mengetuk pintu yang sebelah kiri agar tak terlalu terlihat dari dalam.
Tok..tok..tok…”Assalamualaikum,,,,” Ani mengulanginya beberapa kali sampai akhirnya, seorang akhwat keluar dengan menembus pintu sebelah kanan yang transparan itu. Alangkah terkejutnya Ani dan Ina melihat keajaiban itu. Akan tetapi, belum sempat mereka berkata-kata, akhwat itu berkata “Masuk aja mbak, pintu ini kan kacanya udah gak ada. Kami fikir tadi mbak-mbak ini sudah tahu. Lagi pula sudah jelas perbedaan warna antara pintu sebelah kanan yang transparan karena nggak ada kacanya lagi dan pintu sebelah kiri yang gelap dilapisi kaca, mari mbak.” Ia masuk ke dalam lagi setelah memberikan penjelasan kepada kami yang melongo dan malu.
Setelah bayangan badannya tak terlihat lagi dari luar, kami pun terbahak-bahak menertawakan kecerobohan kami. Setelah itu kami mengatur nafas dan mulai memasuki ruangan mushola dengan wajah setenang mungkin seperti tak terjadi apa-apa. Kami shalat berjamaah dengan kurang khusyu’. Setelah shalat, kami langsung bergegas meninggalkan GKB 4 dengan berlari menuju ruang 5 GKB 3. Selama dalam perjalanan menuju GKB 3 kami terus saja membahas dan menertawakan ketololan kami tadi,

2 komentar: