HUMOR
PINTU PUN BISA MENIPU
Oleh: Asri Dyarti
Oleh: Asri Dyarti
Hari kamis memang merupakan hari yang berat untuk
dilalui oleh anak-anak semester 4B. Sebab di hari itu semua mata kulaih
berlangsung tak terputus. Mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00, sebenarnya hal ini terjadi
karena keinginan mereka sendiri agar hari jumat bisa libur.
Suatu hari, Ani dan Ina sibuk menyelesaikan tugas yang akan dikumpul jam 2. Setelah
selesai dan di-print mereka langsung
menitipkan tugas tersebut dengan teman sebelah. Lalu mereka bergegas menuju
mushola GKB 4 dengan sangat terburu-buru. Sesampainya di GKB 4, mereka langsung
berwudhu dengan cepat dan berlari naik ke lantai 2 menuju mushola. Sepanjang perjalanan
menuju mushola mereka selalu bergumam “semoga kami tidak terlambat mata kuliah
jam 2, aamiin”. Setibanya di depan mushola, mereka langsung melepas sepatu,
kemudian menarik pintu yang lebar disebelah kanan, akan tetapi pintu itu tidak
dapat dibuka. Ani berfikir mungkin ia hanya belum mengerahkan tenaganya untuk
membuka pintu itu. Lalu Ani mencobanya kembali, tapi kali ini tidak hanya
dengan cara menariknya, tetapi juga dengan menarik dan mendorongnya
berulang-ulang. Tapi pintu mushola pun tak kunjung terbuka.
Ani menoleh kearah Ina yang sedari tadi sibuk
merapikan jilbabnya, seraya berkata, “Ina, ayo bantu aku membuka pintu ini,
kita tidak tidak punya banyak waktu!”. “Iya, kamu benar Ani, sekarang sudah
pukul 13.50….”, jawab Ina.
“Ina, kita pegang kuat-kuat handel pintu ini, lalu
kita tarik kuat-kuat! Siap?” kata Ani, “Siap!” kata Ina. Kemudian mereka
meanrik-narik handel pintu itu berdua sambil bergumam
“Bismillahirrahmanirrahiim……”. Tapi aneh, pintu pun tak kunjung terbuka. Ani
mulai kesal dan mencoba melirik ke dalam, jangan-jangan ada yang sengaja
mengunci pintu mushola dari dalam, batinnya, atau jangan-jangan mushola sedang tidak bisa dipakai,
batinnya lagi.
Ketika melirik ke dalam, terlihatlah ada beberapa
orang mahasiswa dan mahasiswi sedang membentuk sebuah lingkaran diskusi. “Ina,
aneh sekali ya, mereka seperti mengacuhkan kedatangan kita. Jangankan untuk
membukakan pintu, bahkan untuk menoleh ke arah sumber suara pun tidak, padahal
dari tadi kita sudah cukup ribut dengan usaha untuk membuka pintu itu”. Lalu
Ina menjawab, “Ya, kamu benar Ani. Mungkin akan lebih baik jika kita coba untuk
mengetuk pintu. Mungkin dengan cara itu mereka mau membukakan pintu mushola
untuk kita. Tapi, kamu yang ketuk pintu ya…” pintanya pada Ani dan Ani
menyanggupinya.
Sebelum mengetuk pintu, terlebih dahulu Ani berfikir
ingin mengetuk pintu dari sebelah mana. Kalau dari pintu sebelah kanan yang ia
tarik-tarik tadi, pasti akan kelihatan jelas, sebab pintu itu berwarna putih
transparan, sedangkan pintu yang sebelah kiri, berwarna hitam agak gelap. Maka
Ani mengetuk pintu yang sebelah kiri agar tak terlalu terlihat dari dalam.
Tok..tok..tok…”Assalamualaikum,,,,” Ani mengulanginya
beberapa kali sampai akhirnya, seorang akhwat keluar dengan menembus pintu
sebelah kanan yang transparan itu. Alangkah terkejutnya Ani dan Ina melihat
keajaiban itu. Akan tetapi, belum sempat mereka berkata-kata, akhwat itu
berkata “Masuk aja mbak, pintu ini kan kacanya udah gak ada. Kami fikir tadi
mbak-mbak ini sudah tahu. Lagi pula sudah jelas perbedaan warna antara pintu sebelah
kanan yang transparan karena nggak ada kacanya lagi dan pintu sebelah kiri yang
gelap dilapisi kaca, mari mbak.” Ia masuk ke dalam lagi setelah memberikan
penjelasan kepada kami yang melongo dan malu.
Setelah bayangan badannya tak terlihat lagi dari
luar, kami pun terbahak-bahak menertawakan kecerobohan kami. Setelah itu kami
mengatur nafas dan mulai memasuki ruangan mushola dengan wajah setenang mungkin
seperti tak terjadi apa-apa. Kami shalat berjamaah dengan kurang khusyu’.
Setelah shalat, kami langsung bergegas meninggalkan GKB 4 dengan berlari menuju
ruang 5 GKB 3. Selama dalam perjalanan menuju GKB 3 kami terus saja membahas
dan menertawakan ketololan kami tadi,
Wuiih , benarkah susah dibedakan. Lokaainya dekat mana ni
BalasHapusDi kampus, Mbak...hehe
BalasHapus