Minggu, 17 Januari 2016

PUISI - PUISI



PUISI 1
SYUKUR UNTUK-NYA
Karya: Asri Dyarti


Aku bersyukur ketika allah memberiku mata
Dia mengizinkan aku melihat hal baik dan hal buruk dalam negeriku
Aku bersyukur diberi telinga
Dia mengizinkan aku mendengar apa yang tak didengar orang lain
Aku bersyukur diberi hidung
Dia mengizinkanku mencium beragam aroma kehidupan
Aku bersyukur diberi tangan dan kaki
Dia mengizinkan aku mengerjakan hal-hal mulia
Aku bersyukur diberi mulut
Tapi mulutku terjahit keadaan yang membuat aku bisu atas apa yang telah ku lihat dan ku dengar
Dan aku bersyukur diberi hati
Dia mengizinkan aku berteriak dalam hati dan berdoa,
Semoga kebenaran itu terungkap walau bukan lewat mulutku yang terjahit.



PUISI 2
SEMUT-SEMUT KECIL
karya: Asri Dyarti

Semut-semut kecil, bolehkah aku bertanya?
“Seberapa akrab persahabatanmu?”
“Siapakah pemimpinmu?”
Semut-semut kecil
Disiplinmu, ramahmu, begitu mengagumkan
Semut-semut kecil, maukah kau mengajari kami?
Tentang arti kedisiplinan dan persahabatan…
Semut-semut kecil
Kau memang begitu mungil
Kau terlihat begitu lemah
Tapi kekompakanmu merupakan kekuatan yang dapat menerobos apa pun



PUISI 3
SANG WAKTU
karya: Asri Dyarti

Waktu berjalan begitu cepat
Meninggalkan masa lau
Menyimpan berjuta kenangan
Dalam kotak waktu
Yang membuat orang berkemas
Membawa harapan untuk menyongsong hari esok
Hari dimana menatari tersenyum ceria
Yang mengahangatkan alam dari dinginnya malam gulita yang berkabut



PUISI 4
BOCAH ITU
karya: Asri Dyarti

Tangan itu begitu kecil
Dengan jari jemari yang terkoyak
Wajahnya yang lugu dan berselimut debu
Kusam dan mengenaskan
Di bawah teriknya surya
Ia mengais-ngais di atas gunungan sampah
Berhari-hari untuk menyambung nyawa
Tapi sampai kapan?
Sampai kapan ia bertahan dalam usia belianya
Tergilas zaman


PUISI 5
CINTA ITU
karya: Asri Dyarti

Cinta, cinta, cinta
Begitu dahsyat yang dinamakan cinta
Rindu, rindu, rindu
Senandung rindu pun berkumandang p[abila jatuh cinta
Aku rindu pada panggilan saying-Mu
Aku rindu ingin bertemu dengan-Mu
Tapi bagaimana?
Aku tak dapat menggapai-Mu
Dan kerinduan tak terperih merasuki rongga dada
Malam itu, di saat salju menghujam bumi
Ku sucikan diri dengan percikan wudhu
Sebelum aku bercinta dengan-Mu
Di atas sajadahku yang lusuh ini
Ku tumpahkan segala hasrat kerinduanku dalam balutan doa
Ku puja dan ku puji diri-Mu dalam dzikirku
Dalam desah nafas terucap asma-Mu
Betapa aku mencintai-Mu Rabb
Dengan cinta-Mu kau ciptakan aku
Dengan kasih-Mu kau pelihara aku
Tapi dunia menghianati aku
Menyawat hati dengan kejahiliyahannya
Merayuku dengan segala godaannya
Mampukah iman ini menjagaku?
Jemput aku Rabb
Jemput aku segera…
Lalu nafas-Mu berhembus dingin
Menusuk-nusuk ragaku yang telah renta
Perlahan ku rasakan aku melayang dalam sujudku
Lalu, aku bangun dan kusaksikan
Seonggok  makhluk ringkih tengah bersimpuh
Di atas sajadah yang lusuh
Aku telah terlepas dari ragaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar