PUISI
1
SYUKUR UNTUK-NYA
Karya: Asri Dyarti
Karya: Asri Dyarti
Aku
bersyukur ketika allah memberiku mata
Dia
mengizinkan aku melihat hal baik dan hal buruk dalam negeriku
Aku
bersyukur diberi telinga
Dia
mengizinkan aku mendengar apa yang tak didengar orang lain
Aku
bersyukur diberi hidung
Dia
mengizinkanku mencium beragam aroma kehidupan
Aku
bersyukur diberi tangan dan kaki
Dia
mengizinkan aku mengerjakan hal-hal mulia
Aku
bersyukur diberi mulut
Tapi
mulutku terjahit keadaan yang membuat aku bisu atas apa yang telah ku lihat dan ku dengar
Dan
aku bersyukur diberi hati
Dia
mengizinkan aku berteriak
dalam hati dan berdoa,
Semoga
kebenaran itu terungkap walau bukan lewat mulutku yang terjahit.
PUISI
2
SEMUT-SEMUT KECIL
karya: Asri Dyarti
karya: Asri Dyarti
Semut-semut
kecil, bolehkah
aku bertanya?
“Seberapa
akrab persahabatanmu?”
“Siapakah
pemimpinmu?”
Semut-semut
kecil
Disiplinmu,
ramahmu, begitu mengagumkan
Semut-semut
kecil, maukah kau mengajari kami?
Tentang
arti kedisiplinan dan persahabatan…
Semut-semut
kecil
Kau
memang begitu mungil
Kau
terlihat begitu lemah
Tapi
kekompakanmu merupakan kekuatan yang dapat menerobos apa pun
PUISI
3
SANG WAKTU
karya: Asri Dyarti
karya: Asri Dyarti
Waktu
berjalan begitu cepat
Meninggalkan
masa lau
Menyimpan
berjuta kenangan
Dalam
kotak waktu
Yang
membuat orang berkemas
Membawa
harapan untuk menyongsong hari esok
Hari
dimana menatari tersenyum ceria
Yang
mengahangatkan alam dari dinginnya malam gulita yang berkabut
PUISI
4
BOCAH ITU
karya: Asri Dyarti
karya: Asri Dyarti
Tangan
itu begitu kecil
Dengan
jari jemari yang terkoyak
Wajahnya
yang lugu dan berselimut debu
Kusam
dan mengenaskan
Di
bawah teriknya surya
Ia
mengais-ngais di atas gunungan sampah
Berhari-hari
untuk menyambung nyawa
Tapi
sampai kapan?
Sampai kapan ia bertahan
dalam usia belianya
Tergilas
zaman
PUISI
5
CINTA ITU
karya: Asri Dyarti
karya: Asri Dyarti
Cinta,
cinta, cinta
Begitu
dahsyat yang dinamakan cinta
Rindu,
rindu, rindu
Senandung
rindu pun berkumandang p[abila jatuh cinta
Aku
rindu pada panggilan saying-Mu
Aku
rindu ingin bertemu dengan-Mu
Tapi
bagaimana?
Aku
tak dapat menggapai-Mu
Dan
kerinduan tak terperih merasuki rongga dada
Malam
itu, di saat salju menghujam bumi
Ku
sucikan diri
dengan percikan
wudhu
Sebelum
aku bercinta dengan-Mu
Di
atas sajadahku yang lusuh ini
Ku
tumpahkan segala
hasrat kerinduanku dalam balutan doa
Ku
puja dan ku
puji diri-Mu dalam dzikirku
Dalam
desah nafas terucap asma-Mu
Betapa
aku mencintai-Mu Rabb
Dengan
cinta-Mu kau ciptakan aku
Dengan
kasih-Mu kau pelihara aku
Tapi
dunia menghianati aku
Menyawat
hati dengan kejahiliyahannya
Merayuku
dengan segala godaannya
Mampukah
iman ini menjagaku?
Jemput
aku Rabb
Jemput
aku segera…
Lalu
nafas-Mu berhembus dingin
Menusuk-nusuk
ragaku yang telah renta
Perlahan
ku rasakan aku melayang dalam sujudku
Lalu,
aku bangun dan
kusaksikan
Seonggok makhluk ringkih tengah bersimpuh
Di
atas sajadah yang lusuh
Aku
telah terlepas dari ragaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar