SAYEMBARA PANDAI TIDUR
Tuan
Raja Jungur adalah seorang raja yang bijaksana di Negeri Dongeng tanah Rejang.
Beliau dicintai rakyat karena dalam pemerintahannya, Negeri Dongeng menjadi
makmur dan sejahtera. Baginda dan permaisuri dikaruniai oleh Tuhan seorang
putri cantik jelita dan luhur budi pekertinya yang diberi nama Putri Serindu.
Putri
Serindu semakin cantik bagaikan bidadari ketika berusia remaja. Para perjaka
sangat mendambakan sang Putri, baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat
biasa.
Meskipun
ia telah berusia dua puluh tahun, semua pinangan yang datang selalu ditolak,
dengan alasan belum siap berumah tangga. Sikap itu membuat Baginda dan
permaisuri bersedih hati, apalagi usia Baginda semakin tua tentu beliau
mengharapkan kehadiran seorang cucu laki-laki yang kelak akan mewarisi tahta
kerajaan Negeri Dongeng.
Pada
suatu hari, Baginda memerintahkan perdana menteri untuk mengumpulkan seluruh
pemuda. Beliau ingin mengadakan pesta selama satu minggu. Tujuannya, agar Putri
mempunyai hasrat untuk memilih salah seorang di antara pemuda itu sebagai calon
suami. Akan tetapi, pesta itu boleh dikatakan sia-sia karena sang Putri tetap
menolak menentukan pilihan hatinya.
Dengan
sabar, lemah lembut, dan bijaksana, permaisuri membujuk Putri Serindu supaya
mau memberikan penjelasan pemuda mana yang menjadi idamannya.
Melihat
ibundanya yang penuh harap, serta jerih payah yang dilakukan oang tuanya, hati
Putri Serindu pun menjadi lembut. Dengan derai air mata yang tidak terbendung
lagi, ia memeluk ibunda yang dikasihinya itu sambil mengucapkan maaf bahwa
pemuda dambaannya mungkin tidak berkenan di hati ayah dan ibundanya karena
pemuda pilihannya adalah seorang yang pandai tidur.
Mendengar
cerita putrinya itu, wajah permaisuri keliatan ceria dan tersenyum manis tanda
setuju. Anak kesayangannya itu dipeluk dan dicium sambil berkata, “Baiklah
kalau begitu, Ibunda akan segera menyampaikan berita ini kepada ayahmu. Tidak
perlu takut karena beliau sangat mencintaimu.”
Permaisuri
seera menemui Baginda yang sedang merenungi peruntngan putrnya. Munculnya
permaisuri dengan wajah ceria membuat perasaan Tuan Raja Jungur harap-harap
cemas, apa yang telah terjadi sehingga permaisuri bertingkah aneh. Permaisuri
duduk di dekat Baginda sambil tersenyum memberi harapan. Debar jantngnya
semakin cepat karena ingin segera menceritakan perihal Putri Serindu.
“Kakanda,
saya tadi telah berbincang-bincang dengan putri kita, Serindu. Ia minta maaf
kepada kita. Ia minta agar Kanda tidak murka terhadapnya,” bujuk permaisuri.
“Aku
tidak marah, tetapi apa kehendak putri kita itu?” desak Baginda tidak sabar
lagi.
“Begini
Kanda, anak kita sebenarnya telah mempunyai pilihan calon suami, tetapi ia
tidak berani mengemukakannya kepada kita karena harus ditentukan melalui
sayembara.”
“Apa
ini, mencari calon suami melalui sayembara?”
“Betul
Kanda, calon suaminya itu seorang pemuda yang pandai tidur,” kata permaisuri
menegaskan.
“Baiklah,
kita akan segera mengadakan sayembara,” kata Baginda bersemangat.
Dua
hari kemudian, tersebarlah sayembara ke segenap elodok neeri. “Dicari seorang
pemuda yang pandai tidur, akan dijadikan suami Putri Serindu”.
Seorang
pemuda yatim piatu yang sehari-hari dipanggil Anak Lumang berminat mengikuti
sayembara itu, tetapi ai tidak dapat meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang
membuat bubu. Jika ia beristirahat membuat bubu, berarti tidak mendapat uang
untuk membeli makan. Setelah menimbang untung ruginya, ia memutuskan akan
mengikuti sayembara dengan membawa pekerjaannya.
Pada
hari yang telah ditentukan, berkumpullah para pemuda di balai pertemuan istana
yang telah disiapkan dengan tempat tidur yang banyak sekali. Para peserta hadir
dengan membawa bermacam-macam alat tidur.
Anak
Lumang masuk ruangan dengan menjinjing bambu yang sudah diraut seperti lidi dan
diikat dengan tali rotan. Ia menggendong beronag (sejenis keranjang yang dibawa
dengan cara digendong di belakang dan talinya dikaitkan di kepala) berisi
rotan, parang, pisau, tempurung, dan alat-alat lain perlengkapan membuat bubu.
Peserta
lain tidak ada yang mau berdampingan dengan Anak Lumang karena penampilannya
menjijikkan dan pakaiannya berbau amis. Akan tetapi, pancaran wajahnya
menandakan bahwa ia seorang pemuda tampan, cerdas, dan ulet serta mempunyai
sosok tubuh kekar dan perkasa. Gerakannya lincah, tidak pemalu, dan percaya
diri.
Sayembara
telah dimulai, para penonton menyaksokan cara peserta tidur. Ada yang miring,
ada yang telungkup, ada yang telentang, dan ada pula yang duduk. Anak Lumang
tidak segera tidur, ia memikirkan bagaimana menyelesaikan barang daangannya sebab
uang belanja tidak ada lagi. Lalu, ia memutuskan untuk menyelesaikan sebuah
bubu, setelah itu tidur. Ia pun memusatkan perhatian terhadap pekerjaannya.
Tidak seorang peserta pun masih terjaga, kecuali Anak Lumang. Ia membuat sebuah
bubu yang besar dengan rapi. Bentuk bubu itu sangat indah.
Sayup-sayup
di kejauhan terdengar koko ayam menandakan hari menjelang pagi. Bubu itu sudah
selesai dikerjakan Anak Lumang dan digantungkan di dinding seperti hiasan.
Sampa sisa rautan bambu dikumpulkan dan dibuang. Alat perlengkapan kerja
dimasukkan ke dalam beronang dan disimpan, karena kantuk yang idak tertahan
lagi, Anak Lumang merebahkan diri di tempat tidur lalu tertidur dengan pulas.
Lonceng
tanda sayembara selesai sudah dibunyikan. Semua peserta siap mendengarkan
pengumuman pemenang yang disampaikan oleh juri. Putri Serindu bertindak sebagai
juri didampingi Tuan Raja Jungur dan permaisuri serta disaksikan para menteri
dan hulubalang.
Ternyata,
pilihan sang Putri jatuh pada Anak Lumang. Alasannya, peserta tidur setelah
menyelesaikan pekerjaannya. Hasil yang diciptakannya pun sangat berguna bagi
orang lain. Selama tujuh hari tujuh malam di istana dilaksanakan pesta
perkawinan antara Putri Serindu dengan Anak Lumang. Aneka kesenian ditampilkan.
Penduduk negeri secara bergilir diundang untuk turut memeriahkan pesta itu.
Tuan Raja Jungur dan permaisuri sangat berbahagia menantikan kehadiran cucu
mereka yang kelak akan menerima warisan tata kerjaan sebagai generasi penerus.
Kesimpulan:
Tekun,
terampil, pandai memanfaatkan waktu luang, seta percaya diri merupakan sosok
pemuda tangguh yang diperlukan masyarakat, apalagi dalam era pembangunan dewasa
ini. Pandai memanfaatkan waktu luang berarti memperkecil jumlah pencari
lapangan kerja. Sifat rendah diri, krisis martabat, serta membeda-bedakan kaya
dan miskin merupakan penghambat kemajuan.
Sumber:
ZA, H. Syamsuddin, dkk. 2000. Cerita Rakyat Dari Bengkulu. Jakarta: PT Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar