Rabu, 13 Desember 2017

Resensi Buku Robohnya Surau Kami_Oleh Asri Dyarti, M.Pd.



RESENSI BUKU
ROBOHNYA SURAU KAMI
Oleh: Asri Dyarti, M.Pd.




1. Identitas Buku
  • Pengarang                   : A. A. Navis
  • Judul                           : Robohnya Surau Kami
  • Tahun Terbit                : 2012
  • Cetakan                       : 18
  • Tempat Terbit              : Jakarta
  • Penerbit                       : Gramedia

2. Kepengarangan
A. A. Navis lahir 17 November 1924 di Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia mendapat pendidikan di Perguruan Kayutanam. Pernah menjadi Kepala Bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat di Bukit Tinggi (1952-1955), pemimpin redaksi harian Semangat di Padang (1971-1982) dan sejak 1969 menjadi Ketua Yayasan Ruang Pendidik INS Kayutanam.
Karya-karyanya adalah Hujan Panas (1964), Kemarau (1967), Di Lintasan Mendung (1983), Dialektika Minangkabau (1983), Alam Terkembang Jadi Guru (1984), Bertanya Kabau pada Pedati (2002), dan Saraswati, Si Gadis dalam Sunyi (2002).

3. Gambaran Umum Isi Buku
Robohnya Surau Kami adalah sebuah cerpen yang bercerita tentang seorang kakek yang sangat alim tetapi hidupnya berakhir dengan tidak baik. Kakek itu tinggal di sebuah surau untuk beribadah dan juga sebagai seorang pengasah pisau. Banyak warga yang mendatangi kakek itu untuk minta diasahkan pisaunya. Kakek itu tidak menentukan berapa tarif yang harus dibayar sebagai upah beliau. Kakek itu berteman dengan Ajo sidi. Ajo sidi adalah orang yang mengabarkan kepada warga bahwa Si Kakek mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di surau tersebut. Sejak saat itu, Surau tersebut menjadi sepi.
Selain dari cerpen tersebut, masih ada beberapa lagi cerpen di dalam buku ini. Cerpen tersebut adalah Anak Kebanggaan, Nasihat-nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong, dan Dari Masa ke Masa. Cerpen-cerpen tersebut rata-rata berlatar di Sumatera Barat.

4. Keunggulan dan Kelemahan Buku
             Buku ini dengan latar Sumatera Barat pada zaman dahulu, sehingga dapat membawa kita berjalan-jalan ke Sumatera Barat pada masa itu. Cerita yang diangkat dalam buku ini bertema sosial. Ada tentang hubungan antara manusia dan manusia juga antara manusia dan Allah SWT. Banyak amanat yang dapat dipetik dari buku ini. Cocok dibaca oleh pelajar, mahasiswa dan umum.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar