CATATAN
ANAK KECIL
Oleh:
Asri Dyarti
Kenapa
orang dewasa itu main cinta-cintaan? Kenapa sih? Padahal waktu kecil mainannya
lompat kodok, main congklak, main kejar-kejaran, main bola kasti, main
mobil-mobilan. Kenapa orang dewasa itu kalau nangis masuk kamar? Padahal dulu
waktu kecil nangisnya di tengah lapangan, di ruang tamu, di depan adik sama
kakak, di depan teman-teman, di depan Ibu Guru. Kenapa sih orang dewasa begitu?
Terus, habis itu orang dewasa main cemburu-cemburuan. Main marah-marahan,
padahal selalu bilang sama anak kecil kalau nggak boleh marah-marah, nanti
cepat tua. Kenapa orang dewasa itu suka begitu ya?
Kenapa
sih orang dewasa itu kalau ketawa nunduk-nunduk? Padahal waktu kecil kalau
ketawa mulutnya kebuka lebar. Kenapa orang dewasa itu suka telponan malam-malam,
terus ponselnya dikunci. Terus kalau ada SMS masuk nggak boleh dibaca
siapa-siapa. Kenapa sih orang dewasa itu suka dandan? Padahal waktu kecil,
gosok gigi aja males, mesti diteriakin sama mamanya dulu baru deh ambil sikat
gigi. Kenapa orang dewasa itu begitu ya?
Orang
dewasa itu kadang-kadang suka nyalahin anak kecil. Ih, capek deh jadi anak kecil
disalahin terus sama orang dewasa. Tapi, orang dewasa itu baik deh, suka
jajanin anak kecil. Itu apa supaya dibilang baik ya? Hmm, tapi anak kecil ya
sukanya emang diajak jajan sama jalan-jalan. Ih, orang dewasa begitu ya. Berarti
kalau jadi orang dewasa itu harus punya banyak uang dong. Biar bisa beli apa
aja. Bisa beli ini itu yang banyak. Terus dikasihin sama anak kecil, sama mama
papanya juga. Habis itu beli kado ulang tahun dan traktir teman-teman. Pergi ke
pesta dan pakai baju bagus. Baunya wangi karena orang dewasa suka pakai parfum.
Jadi
orang dewasa itu kayanya capek deh. Harus pergi kuliah, harus pergi ke kantor,
harus bisa pakai kendaraan, harus bisa masak, harus bisa ngurusin rumah dan
pakaian. Kalau jadi anak kecil cuma pergi ke sekolah, jajan, main sama teman,
jalan-jalan dan nonton film kartun. Jadi orang dewasa itu, kayanya repot deh,
ada pengajian, ada arisan, jenguk orang sakit, gotong royong, banyak kerjanya
deh. Kalau jadi anak kecil cuma diajak ikut dan main sama teman-teman.
***
Jadi
orang dewasa itu tidak bisa main sama teman-teman seperti kecil dulu. Harus menurutp
aurat, harus bertingkah yang sopan, harus bertutur yang santun. Cara bicara dan
tertawanya harus berubah lebih baik. Jadi orang dewasa itu, hafalannya harus
lebih baik dari anak kecil, bacaan Quran-nya juga harus lebih baik tajwidnya
dari anak kecil. Jadi orang dewasa itu shalatnya harus lebih rajin dari anak
kecil. Shalat wajibnya, shalat sunnahnya juga. Jadi orang dewasa itu harus bisa
jadi Imam Shalat. Jadi orang dewasa itu seperti ini rupanya.
Jadi
orang dewasa itu, harus punya ilmu, karena anak kecil suka banyak tanya. Jadi orang
dewasa itu, menyenangkan karena sudah bisa madiri. Bisa mengurus hidup sendiri
dan hidup orang lain. Punya tanggung jawab dan punya uang, jadi bisa ngejajajnin
anak kecil deh. Ngajarin anak kecil ngurusin dirinya, bantuin anak kecil bikin
PR dan melihat tingkah anak kecil yang menggemaskan. Ah, anak kecil, dikasih
lihat mata melotot malah diketawain. Pingin marah malah ngakak jadinya. Huh,
anak kecil, anak kecil. Hmm.
“Kamu
lagi ngapain?” seseorang dari jenis orang dewasa duduk dengan secangkir kopi
ditangannya.
“Aku
lagi baca tulisan anak kecil.”
“Mana
coba lihat.” Makhluk itu membaca lembar-lembar kertas yang ditumpahi huruf-
huruf sambil menyeruput kopinya. Ia meletakkan kertas-kertas itu dan menutup
sampulnya.
“Dasar
anak kecil!” katanya sambil mengucek-ngucek rambut perempuan di sebelahnya. Perempuan
itu hanya manyun, bola matanya menadah ke atas langit-langit, entah apa yang
dilihatnya, sementara bibirnya seperti bisa dikuncir. Diam-diam ia bangkit dari
kursinya dan mengikuti makhluk dari bangsa orang dewasa itu ke dapur.
“Kenapa
belum tidur?”
Makhluk
itu menoleh dua detik ke arah perempuan cantik di belakangnya lalu meneruskan
langkahnya ke dapur dan diam saja.
“Kenapa
belum tidur?”
Makhluk
itu menoleh lagi dan diam lagi.
“Kenapa
belum tidur?”
“Kenapa
belum tidur?”
“Kenapa
belum tidur?” perempuan itu terus mengekor seperti bayangan sambil
mengulang-ulang pertanyaannya.
“Kenapa
nanya berulang-ulang?”
“Katanya,
aku anak kecil.”
“Hahahahaha”
Tawa mereka memenuhi dapur dan seluruh ruangan yang ada di rumah itu.
“Aku
kebangun. Udah waktunya sahur, cantik...besok kan hari Senin. Harusnya aku yang
tanya, kamu kenapa belum tidur?”
“Aku
lagi ada kerjaan sedikit, besok udah harus kelar semuanya.” Gerak badannya
langsung sigap menyiapkan makan sahur untuk suaminya.
Jadi
orang dewasa itu ya begini, kalau sahur ada yang nemenin, buka puasa juga
begitu. Kalau shalat ada yang ngimamin. Setelah jadi anak kecil, lalu jadi
orang dewasa. Lalu? Jadi apa lagi ya? Hmm...
***