SENI BERTUTUR
Oleh: Asri Dyarti, S.Pd.
Oleh: Asri Dyarti, S.Pd.
Seni
bertutur adalah seni dalam berbicara. Ketika manusia berbicara berarti ada pesan
yang ingin disampakannya lewat tuturan tersebut. Pesan yang ingin disampaikan
bisa berupa nasehat, berita, bujukan, rayuan, ajakan, cerita lucu, curhat,
kemarahan, permintaan, atau pengungkapan sesuatu. Ketika seseorang bertutur
dengan mitra tuturnya, maka orang itu telah melakukan dialog. Namun, apapila
hanya bertutur dengan dirinya sendiri disebut dengan komunikasi internal.
Biasanya manusia melakukakn tuturan dengan dirinya sendiri ketika sedang
sendirian. Hal itu biasanya hanyalah pemikiran dalam hatinya atau bentuk-bentuk
fikiran yang terlintas yang sedang dipilih-pilih mana yang pantas dilafadzkan
dan mana yang tidak pantas dilafadzkan. Sesuatu yang berada dalam fikiran
manusia lalu dilafadzkan disebut dengan tuturan, namun jika sesuatu itu tidak
pantas dilafadzkan, biasanya hanya disimpan dalam hati saja. Hal itu biasanya
dilakukan untuk menjaga perasaan orang lain dan citra diri sendiri, sebab
manusia dibesarkan dalam pola asuh sopan dan santun. Sopan dalam tindakan dan
santun dalam berbicara. Seni bertutur ini sangat erat kaitannya dengan
kesantunan berbahasa.
Pada
saat manusia berbicara, mereka menggunakan diksi atau pilihan kata yang sesuai
dengan konteks pembicaraan mereka. Diksi ini atau pilihan kata ini sangat
penting, karena ada beberapa diksi yang memiliki makna ambigu yang dapat memicu
perselisihan apabila dituturkan pada konteks yang tidak tepat. Selain diksi,
manusia juga terkadang menggunakan analogi untuk menyampaikan maksud dari pesan
yang ingin dikomunikasikanya kepada mitra tuturnya. Kemudian, manusia Indonesia
terkadang menggunakan peribahasa dalam bertutur. Peribahasa ini memiliki makna
konotasi yang harus diterjemahkan dalam makna denotasi atau makna sebenarnya.
Peribahasa ini adalah bagian dari seni bertutur yang telah membudaya sejak
zaman nenek moyang yang kelestarianya tetap terjaga hingga saat ini. Salah satu
dari contoh peribahasa yang sering kali digunakan sebagai prinsip hidup adalah
“Dimana Bumi dipijak, Disitu langit
dijunjung” dan “Lain padang lain
belalang, lain lubuk lain ikannya”.
Dua
peribahasa tersebut mengajarkan kita untuk mampu menyesuaikan diri dengan adat
dan kebudayaan tempat kita tinggal. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam adat istiadat dan
kebudayaan. Bahasa yang digunakan pun sangat beragam, bahkan dalam satu provinsi
pun terdapat lebih dari satu bahasa daerah, namun semua masyarakat Indonesia
memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Selain itu, dua peribahasa
tersebut juga mengajarkan kita untuk membedakan cara bertutur kita ketika dengan anak-anak, orang tua, rekan kerja, teman sejawat, tetangga, dan guru atau
dosen kita, dengan tamu, tuan rumah, dan lain sebagainya. Contohnya, kita tidak
mungkin menggunakan sapaan ‘Anda’ ketika kita berbicara dengan orang tua kita
atau sedang bercanda dengan balita. Kita juga tidak mungkin menggunakan kata
‘Mamam dan bobok’ pada saat berbicara dengan rekan kerja dalam ruang rapat atau
situasi formal lainnya.
Selain
dari itu, dalam seni bertutur, kita juga harus menggunakan intonasi bicara yang sesuai.
Ekspresi wajah saat berbicara pun sangat berperan dalam seni berbicara. Jika
kesemuanya dapat diterapkan dengan baik dalam kehidupan kita sehari-hari, maka
pesan yang ingin disampaikan dari penutur kepada mitra tutur akan dapat
diterima dengan baik maknanya. Jadi seni berbicara itu berhubungan erat dengan
diksi, analogi, peribahasa, kesantunan berbahasa, intonasi bicara, dan ekpresi
wajah saat bicara.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar