DIKETUK MATAHARI
Gadis itu sedang beraktifitas di dapur. Tiba-tiba
ada bunyi pintu yang di ketuk. Dia tidak perduli terus saja melanjutkan
aktifitasnya. Lagi pula memangnya siapa yang mau datang malam-malam begini. Dia
juga sendirian di rumah. Dia takut hantu. Dia mengabaikan bunyi ketukan itu
tapi, bunyi itu hadir lagi. Geram, jangan-jangan ada yang mengerjai. Tapi ,
siapa?
Lagi-lagi dia mengabaikan bunyi ketukan pintu itu. Lalu pintu itu berbunyi
lagi, diketuk lagi. Akhirnya dia bergegas ke kamar, memasang jilbab dan
menurunkan lengan baju yang ia singsingkan karena bekerja, berlari-lari kecil
menuju pintu, mungkin memang ada yang datang. Ia membuka pintu perlahan-lahan dan
alangkah terkejutnya dia saat melihat sesuatu di depan pintu.
Ada tiga matahari di sana.
Matahari pertama sangat besar, lebih besar dari
tubuhnya. Lebih lebar dari pintu rumah. Warnanya merah tapi tak bersinar.
Dibelakangnya langit malam polos tanpa bintang. Gadis itu tidak tahu, harus
diapakan matahari ini? Dia mematung lama, lalu matahari itu bergeser. Di
belakanganya ternyata ada matahari ke dua. Ukurannya hampir sama besar, tapi
sedikit lebih kecil dari matahari sebelumnya. Warnanya sama. Merah seperti
kelopak Raflesia, tapi tak bersinar. Di belakangnya juga langit malam polos tanpa
bintang. Lagi-lagi gadis itu terpaku, harus diapakan matahari ini? Lagi pula
kenapa ada matahari malam hari? Ini aneh sekali. Gadis itu mematung terlalu
lama. Matahari ke dua bergeser. Matahari pertama dan ke dua bergeser ke sebelah
kiri. Lalu langit berubah menjadi cerah. Ada matahari kecil yang datang dari
kejauhan. Ia mendekati gadis itu. semakin dekat, semakin besar. Matahari ke
tiga cahayanya terang berkilauan. Ia berada di hapadapan gadis itu. Gadis itu
tetap terpaku. Tidak tahu,
kenapa tiba-tiba siang, langit biru berawan putih. Berarak cantik bersama
hadirnya matahari ke tiga. Matahari kecil itu mengiringinya kemanapun ia pergi.
Tapi, ada seorang gadis hitam merengek-rengek
meminta matahari terakhir pada gadis itu. ia meminta gadis itu untuk memotret
dirinya bersama matahari terakhir. Sebenarnya gadis itu tidak mau kehilangan
matahari ke tiga. Dia merasa matahari itu miliknya. Tapi gadis hitam itu
menangis merengek-rengek, mengancam sadis dan berlaku seolah makhluk yang
dizalimi oleh gadis itu. Akhirnya gadis itu mengalah karena kasihan, dia
mengambil kamera gadis hitam itu dan memotretnya dengan kamera ditangannya,
tapi dalam hati ia berkata, “Wahai matahari yang berkilauan, kalau engkau
memang milikku berdirilah di belakangnya dan pergilah segera sebelum aku
memencet tombol kamera ini. Tapi jika engkau hanya hadir untuk sesaat, maka
berdirilah di belakang gadis hitam itu selamanya.”
“Mbak, ayo cepat!!!”
Gadis hitam itu, tidak hanya merengek, memelas, tapi
juga memaksa. Akhirnya tangan gadis yang membuka pintu memencet tombol kamera itu.
Lalu gadis hitam itu kegirangan dan melihat hasil di kameranya. Ia hanya
mendapati fotonya seorang diri. Matahari itu pergi menjauh dari gadis hitam
itu. ia berputar mengitari rumah dan berada di sisi kanan gadis yang membuka
pintu. Matahari itu berada di sisinya. Di samping bahu kanannya, tapi
terkadang, ia berputar mengelilingi gadis itu. lalu pindah ke sisi kirinya,
lalu pindah lagi ke sisi kanannya. Matahri kecil yang lucu. Matahari terakhir
yang berkilauan.
Tiba-tiba pintu di ketuk lagi..
“Bangun…bangun…sahur…ayo sahur dulu..bangun..”
Gadis itu terbangun, ternyata itu mimpi. Tapi itu
mimpi yang aneh. Ia bangun dan masih terduduk di tempat tidurnya,
“Alhamdulillahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilaihin nusyuur (Segala
puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah mati (membangunkan kami
dari tidur) dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan).”
***