CANHA
Karya: Asri Dyarti
Di
sebuah negeri yang indah hiduplah sebuah keluarga kecil yang bahagia. Keluarga
itu dianugerahi seorang putri yang sangat cantik. Ia diberi nama Canha. Kedua
orang tuanya berharap ia menjadi putri yang cantik dan soleha. Masa-masa kecil
Canha sangat bahagia, ia dididik oleh orang tuanya dengan sangat baik. Ibunya
merawatnya dengan penuh kasih sayang. Sampai ahirnya Canha mengenal pergaulan
di luar rumah. Canha mulai memiliki teman bermain juga teman di tempat ia
belajar.
Canha
tumbuh menjadi anak yang pintar dan baik budi pekertinya. Sikapnya sopan,
tuturnya santun, dan ramah. Banyak guru-guru Canha yang sayang padanya karena
sikapnya dan kecerdasannya. Tetapi Canha hampir tidak memiliki teman. Setiap
orang yang berteman dengan Canha selalu dipisahkan oleh Jepa, teman sekelas
Canha. Ia iri dengan Canha. Selain Jepa, banyak juga teman-teman Canha yang iri
padanya. Mereka iri pada kecantikan Canha. Canha sering tidak diajak bermain
oleh teman-temannya. Hal itu membuat Canha bersedih. Akhirnya canha tahu kalau
teman-temannya tidak ingin bermain dengannya karena ia lebih cantik
dibandingkan mereka.
Canha
pulang ke rumah dan menangis. Ia ingin punya teman bermain. Ia tidak ingin
dimusuhi. Canha berdoa kepada Allah SWT agar kecantikannya di ganti dengan
wajah yang jelek agar ia punya teman. Ternyata doa Canha dikabulkan oleh Allah
SWT. Kulit Canha yang putih mulus itu berubah menjadi gelap dan
berbintik-bintik. Rambutnya yang hitam berkilau berubah menjadi rusak dan
kusam. Matanya yang jeli berubah menjadi sayu dan redup. Ia benar-benar menjadi
buruk rupa. Tapi yang terjadi adalah Canha semakin dijauhi orang karena rupanya
yang jelek.
Lagi-lagi
Canha menangis dan berdoa kepada Alla SWT agar ia menjadi orang yang
biasa-biasa saja. Tidak cantik dan juga tidak jelek. Allah SWT mengabulkan lagi
doa Canha. Kejelekannya perlahan-lahan memudar. Keadaannya menjadi lebih baik.
Ia tidak lagi jelek, tapi juga tidak menjadi cantik. Teman-teman Canha pun
biasa saja. Ia malah dianggap tidak ada. Canha pun kembali bersedih. Ia berlari
menuju ibunya. Ia menceritakan segalanya kepada ibunya. Setelah Canha selesai
menceritakan semuanya, ibunya menanggapi dengan sangat bijak, “Rupamu itu tidak
penting untuk masa depanmu. Hal yang penting itu adalah budi pekertimu, ilmumu,
amalmu. Jadilah anak yang bersyukur dengan apapun rupamu.”
“Lalu
bagimana caranya agar tidak ada orang yang iri kepada kita, Bu?” tanya Canha
“Di
manapun kamu berada pembenci akan selalu ada, nak. Bagaimanapun keadaanmu,
orang yang iri juga selalu ada.”
“Mengapa
demikian, Bu?”
“Karena
apa yang kamu dapatkan berbeda dengan apa yang mereka dapatkan. Begitupun
sebaliknya.”
“Lalu,
apa yang harus aku lakukan, Bu?”
“Bersyukur
dengan apapun keadaanmu, sayang. Jangan hiraukan para pembenci. Fokuslah pada
kebaikan.”
“Tapi,
Bu..aku ingin punya teman...”
“Nanti,
akan kau temui orang-orang yang baik yang menjadi temanmu. Tapi, dengan
syarat...”
“Syarat
apa, Bu?”
“Bersyukur.”
“Kenapa
begitu, Bu?”
“Karena
kalau kita bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat-Nya.”
“Baiklah,
Bu..” Canha memeluk ibunya.
***
Canha
memohon ampun kepada Allah atas sikapnya yang kurang bersyukur selama ini. Ia
berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan kecantikannya. Ia berjanji akan
menjadi orang yang bersyukur. Canha akhirnya menuruti nasehat ibunya untuk
fokus menuntut ilmu dan mengabaikan para pembenci. Ia tetap berbuat baik kepada
semua orang. Akhirnya Canha menyelesaikan pendidikannya dengan hasil yang
sangat baik. Lalu ia meminta izin dengan orang tuanya untuk melanjutkan
menuntut ilmu di kota. Orang tuanya menyetujuinya. Mereka pindah ke kota untuk
menemani Canha menuntut ilmu di sana.
Di
tempat tinggalnya yang baru, Canha diterima dengan baik. Kali ini ia memiliki
banyak teman. Ia berada diantara orang-orang yang terdidik. Tidak saling iri,
tapi mereka saling memotivasi. Teman-teman Canha menyayanginya. Mereka
benar-benar teman seperjuangan Canha. Suka-duka menuntut ilmu di sana mereka
lalui bersaman. Hingga akhirnya mereka menyelesaikan belajarnya.
Canha
sudah dewasa. Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik, anggun, cerdas, dan berbudi
pekerti yang baik. Kecantikan Canha tersiar ke seluruh negeri. Akhirnya Canha
menikah dengan seorang pangeran dan hidup bahagia selamanya.
***